Sebagian besar perokok di dunia ini menyatakan keluhannya tentang kesulitan berhenti merokok. Di dunia yang semakin canggih ini muncul sebuah produk yang dapat menggantikan rokok konvensional. Ia disebut rokok elektrik atau e-cigarette. Akhir-akhir ini muncul rumor bahwa rokok elektrik dapat membuat perokok berat berhenti merokok. Karena itu sebagian besar perokok ingin menjajal produk modern yang satu ini, dengan harap mereka dapat berhenti merokok. Rokok yang sedang ngetren itu dianggap tidak berbahaya karena tidak ada proses pembakaran. Apa benar begitu? Ayo cek bareng-bareng.
Di berbagai belahan dunia, rokok elektrik kini sudah dianggap sebagai alternatif yang aman untuk menggantikan rokok konvensional. Seperti ditulis media online The Guardian, rokok elektrik merupakan produk yang dianggap fantastis karena paru-paru tidak perlu "dicemari" oleh tar, namun tetap dapat memuaskan keinginan perokok terhadap nikotin. Tak heran jika penggunanya semakin meningkat. Di Inggris saja, pada 2013 sudah 700 ribu orang jadi pengisap setia dan angkanya naik jadi satu juta orang pada akhir tahun. Bisa jadi lantaran dianggap aman, berdasarkan laporan Centers dor Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, pengguna rokok elektrik pada remaja di AS meningkat dua kali lipat dari tahun 2011 dan 2012. Nah apakah rokok ini benar-benar 100% aman?
Membantu Orang Berhenti Merokok?
Rokok elektrik adalah perangkat merokok yang dioperasikan menggunakan baterai. Butuh waktu sekitar 2 jam untuk mengisi ulang baterainya. Rokok elektrik dirancang seperti rokok konvensional. Perbedaannya, ada cairan yang mengandung propilen glikol, vegetable glycerin, dan nikotin. Beberapa cairan mengandung penyedap sehingga membuatnya lebih menarik bagi pengguna.
Di dalam rokok elektrik ada semacam alat penyemprot yang memanaskan cairan tersebut. Alat tersebut kemudian mengubah cairan menjadi uap untuk dapat diisap si pengguna dan menciptakan asap uap yang menyerupai asap rokok. Proses mengisap ini disebut "vaping".
Dokter spesialis pari-paru di RS Persahabatan, dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), mengatakan rokok elektrik awalnya adalah alat yang membantu perokok untuk berhenti merokok. Di masa lalu upaya terapi ini dilakukan dengan pengawasan dokter dan secara bertahap cairan yang digunakan terus berkurang. "Namanya Nicotine replacement therapy (NRT), atau terapi pengganti nikotin untuk berhenti merokok,".
Tidak direkomendasikan lagi!
Sebagian besar e-cigarettes dibuat di Tiongkok. Sejak 2007, rokok elektrik mulai dipasarkan di AS dan terdapat lebih dari 300 merek. Ada yang dijual di toko ritel, beberapa lainnya melalui online shop. Produsennya mengklaim, rokok elektrik adalah alternatif yang aman untuk beralih dari rokok konvensional. Akan tetapi, di dalam perkembangannya, rokok elektrik tidak direkomendasikan lagi sebagai upaya untuk berhenti merokok karena aspek dampak buruknya terhadap kesehatan.
Seperti ditulis di situs resmi Mayo Clinic, Food and Drug Administration (FDA) Amreika Serikat mempertanyakan keamanan produk ini. Ketika FDA menganalisis sampel dari dua merek rokok elektrik populer, ditemukan sejumlah variabel nikotin dan bekas bahan kimia beracun, termasuk di antaranya zat-zat karsinogen atau zat yang dapat menyebabkan kanker.
Routers juga menulis, keluhan dari para penggunanya mulai dari luka bakar dan keracunan nikotin pada saluran pernafasan dan kardiovaskular, juga telah meningkat sejak 2013. Selama Maret 2013 - Maret 2014, lebih dari 50 keluhan tentang rokok elektrik masuk ke FDA. Jumlah itu setara dengan gabungan laporan selama lima tahun sebelumnya.
Masih belum jelas efek sampingnya, pihak FDA mengatakan, ada keluhan-keluhan masyarakat seperti sulit bernafas, sakit kepala, batuk, pusing, sakit tenggorokan, hidung berdarah, nyeri dada atau masalah kardiovaskular lain. Selain itu, ada pula reaksi alergi seperti gatal-gatal dan pembengkakkan pada bibir. Inilah yang akhirnya membuat FDA mengeluarkan peringatan tentang resiko kesehatan potensial yang terkait dengan rokok elektrik.
Rokok Elektrik Justru Bikin Remaja Ketagihan!
Sebuah studi oleh University of California, San Francisco, menyatakan, pelajar sekolah menengah dan sekolah menegah atas yang menggunakan rokok elektrik lebih mungkin merokok konvensional. Studi itu juga menyatakan, justru kecil kemungkinan bagi mereka untuk berhenti merokok. Justru lebih mungkin menjadi perokok berat. Penulis utama studi tersebut, Stanton Glantz, profesor kedokteran di University of California, mengatakan "Penggunaan e-cigarettes tidak mencegah justru dapat mendorong penggunaan rokok konvensional di kalangan remaja." Pada 2011 dan 2012, sekitar 50% dari remaja AS yang menggunakan rokok elektrik juga merupakan pengisap rokok biasa. Mereka yang telah menggunakan rokok elektrik juga mungkin untuk bereksperimen dengan rokok biasa, dibandingkan dengan remaja yang tidak merokok.
Hasil studi menemukan, remaja pengisap rokok elektrik memiliki kemungkinan kecil berhenti. Di antara mereka yang merokok setidaknya 100 batang rokok dalam hidup mereka, kemungkinan berhenti merokok selama 30 hari adalah sekitar 40% lebih rendah dibanding remaja yang tidak menggunakan rokok elektrik. Meskipun produk ini mengandung racun lebih sedikit, tetapi masih terkandung nikotin yang merupakan zat yang sangat adiktif. Nikotin juga memiliki efek permanen pada otak. Dampaknya dapat menyebabkan kesulitan untuk berhadapan pada hal-hal yang butuh penelitian dan memori. Karena itu remaja adalah usia yang sangat rentan terhadap efek nikotin.
Ada 3 faktor bahaya
Komponen di dalam rokok elektrik itu berbahaya karena beberapa faktor.
Faktor pertama, nikotin. Banyak orang menggunakan rokok elektrik terus-menerus tanpa pengurangan dosis cairannya. Nikotin di dalam cairan rokok elektrik tetap saja banyak mudaratnya. Jika digunakan dalam jangka waktu lama akan terakumulasi dalam tubuh dan mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, seperti penyempitan atau pengentalan darah, serta berpotensi menyebabkan kanker.
Kecenderungan saat ini rokok elektrik bukan digunakan sebagai modalitas untuk terapi yang penggunaannya harus step down, dosisnya dikurangi. Lebih kecenderungan menjadi kebiasaan digunakan sebagai rokok. Karena dosis nikotin digunakan sedikit berbeda dengan rokok konvensional maka orang cenderung mengisapnya lebih banyak dan sering. Penggunaan seperti ini adalah penyalahgunaan, dan hal itu yang jadi masalah.
Faktor kedua adalah asap. Asap yang diproduksi rokok elektrik mengandung nikotin karsinogen. Kalau asap ini dihirup bisa menyebabkan kanker dan masalah di saluran pernafasan. Selain itu, asap dari cairan rokok elektrik yang mengandung propilen glikol dapat menimbulkan iritasi bila dihirup. Kalau dia berubah dari cairan menjadi asap, pasti iritasi utamanya di sepanjang saluran pernafasan.
Sementara itu dampak untuk perokok pasif, routers pernah menulis, masih dalam rangkaian 50 keluhan tentang rokok elektrik yang diajukan kepada FDA. Seseorang telah mengajukan keluhan kepada FDA terkait uap rokok elektrik. Orang tersebut bercerita, saat makan malam di sebuah restoran, di depannya duduk seorang yang merokok e-cigarette. Asap dari perokok elektrik itu mengepul sampai ke mejanya. Seketika dia merasa pusing dan matanya berair. Dia akhirnya pergi meninggalkan restoran karena jantungnya berdetak lebih cepat.
Faktor ketiga, cairan pada rokok elektrik sesungguhnya berbahaya. Cairan itu bukan hanya mengandung nikotin, tetapi juga terdapat bahan tambahan seperti propilen glikol dan vegetable glycerin. Berdasarkan penelitian, cairan tersebut ternyata mengandung bahan-bahan karsinogenik, yang dampaknya bisa memicu terjadinya kanker setelah terpajan bertahun-tahun.
Dari situs resmi Mayo Clinic, Jon Ebbert, MD, associate director di Mayo Clinic's Nicotine Dependence Center mengatakan, tak ada data keamanan jangka panjang tentang dampak pengisapan propilen glikol atau gliserin sayuran berulang kali pada jaringan paru-paru. Data jangka pendeknya menunjukkan rokok elektrik dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan. Tapi sampai kita memiliki data keamanan jangka panjang, kita tidak direkomendasikan rokok ini untuk membantu orang berhenti merokok.
Sampai saat ini, efek kesehatan rokok elektrik memang belum diteliti secara efektif. Situs Mayo Clinic juga mengungkap, aturan tentang bahan-bahan yang terkandung di dalam rokok elektrik juga amat sedikit. Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga telah menyatakan produk ini tidak aman dikonsumsi, serta merekomendasikan melarang untuk peredarannya.
Di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan memperingatkan, rokok elektrik adalah produk ilegal dan tidak aman. Alasannya, produk ini belum diuji klinis, oleh karena itu sangatlah berbahaya.
Kesimpulannya, jika memang berupaya untuk berhenti merokok, ada banyak obat yang sudah disetujui FDA yang terbukti aman dan efektif untuk menyembuhkan dari pengaruh nikotin rokok. Bagaimanapun yang namanya rokok, entah itu elektrik atau konvensional tetaplah berbahaya. Tidak ada istilah rokok tidak berbahaya. Jadi jangan percayai siapapun yang mengatakan rokok elektrik ataupun rokok konvensional itu tidak berbahaya atau aman. Semua itu hanya kebohongan belaka. Semua studi dan penelitian sudah dilakukan dan hasilnya positif mengatakan bahwa rokok elektrik itu berbahaya layaknya rokok konvensional.
Namun pada akhirnya untuk memilih menjadi perokok elektrik atau bukan itu lebih jika anda berhenti merokok dari sekarang. Karena bagaimana pun dan menurut hukum apapun merokok itu tidak baik bagi kesehatan dan keluarga.